Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Apa yang akan saya katakan ya..? O..gini aja, sebagai karya perdana dari blog adik yang indah ini, saya sampaikan isi hati sebagai berikut: (eh.. jangan salah paham dulu, ntar isi hati dikirain cinta….he…)
Meski adik bukan adik kandung saya, artinya kata orang, “adik ketemu besar” (tapi jangan salah sangka lho!), saya anggap adik sebagai adik sahabat saya (Semuanya kan tergantung dari anggapannya?!). Tapi, bukan adiknya sahabat saya. Artinya, sahabat cewek yang saya panggil adik, gitu….!gitu aja kok repot.
Ini saya hadiahkan hanya untuk buat adik sebagai kenangan persahabatan kita. Ini bagi saya sangat bermakna, karena selain buatnya capek n plus biayanya gedhe, he…. Lebih seru lagi ga ada di dunia ini seseorang yang ngasih hadiah kayak gini ke seorang sahabatnya atau seorang cewek-cowoknya, betul g? Tanyakan aja atau cari orang yang ngasih hadiah seperti ini, kalau ketemu, sampai kiamat ga bakalan ketemu lho!
Sehingga, meski secara materi ini tak begitu berharga tapi secara makna amat sangat berharga. So, rawatlah dengan ikhlas n cinta. Tapi, jangan dirawat melulu donk, ntar indah tapi ga ada karyanya, ya….percuma donk. Selanjutnya, udah ngerti sendiri khan…..?!
Oke deh, jangan banyak teori langsung berkarya aja. Awas lho blog adik ini akan selalu terbaca di hiburansunyi ku. Jadi, kalau ga berkarya ga apa-apa asal ga punya malu, he…
Yups, met berkarya selalu.
Oy,,,, yang paling penting lagi meski bukan kiai saya berwasiat kepada adik, jadilah wanita yang selalu setia dan ikhlas kepada suaminya, hee…..so’ so’an berwasiat. N jangan lupa kalu kawin diundang lho…….
Al-Amien, 7 Maret 2010
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Rekan-Rekanku
Taman Ilmu
-
PEREMPUAN, SUBLIMASI, DAN KARNAVAL TEKS LAKI-LAKI2 tahun yang lalu
-
Panduan Meraih Nobel Sastra2 tahun yang lalu
-
Franz Kafka di Jawa2 tahun yang lalu
-
-
Detik Sukses
Sabtu, 06 Maret 2010
Sebuah Hadiah
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Siapa Aku?
- Taman Merekah
- Pada awalnya, aku tak berniat dilahirkan ke dunia nan indah sekaligus makin sumpek ini. Namun, alam menjemputku secara paksa. Akhirnya, yang aku bisa hanya menangis, menangis, dan menjerit. Aku terlahir sebagai pewaris Hawa ternama Widiyani Wasiatiningtias. Meski demikian, aku tidak boleh larut, dunia boleh sumpek, tapi aku harus selalu berhati angkasa nan luas. Itulah aku. Salam Damai.
0 komentar:
Posting Komentar